Langsung ke konten utama

Perkara Pandemik

Dengan sekali ketuk, ia buat bumi yang sibuk jadi terpuruk
Menggerogoti pelan paru kita semua
Semesta mengutuk si mimpi buruk
Padahal awalnya ibu pertiwi menanggapi tertawa

Perkara pandemik memang pelik
Orang orang dibuat panik
Ada yang menderma
Ada yang serakah memangsa harta
Ada lagi jadi yang dimangsa
Tersingkap banyak rupa manusia

Persenjataan melawan pandemik kian langka
Yang serakah semangat sekali menimbun harta

Dari mereka ada yang sok membela agama
Mengutuk mereka yang berniat baik
Katanya, jangan mengukung hak datang ke tempat ibadah hanya karena pandemik
Percayakan saja pada takdir sang Khalik

Turut mewarnai pula kabar dusta yang merebak cepat dari mulut ke mulut
Buat yang kalut  kian tersulut
Dusta dan fakta nyaris serupa
Entah tanggung jawab siapa

Sementara pandemik makin merebak
Ada saja yang tetap keras kepala
Hura-hura untuk melenyapkan hasratnya saja
Bersikukuh menantang perang bermodal nekat pada pasukan tak kasat mata

Wahai tentara pemulih
Jiwamu mulia bersih 
Mari angkat topi untuk mereka pasukan putih
Meregang nyawa untuk selamatkan yang ringkih

Ini duka bumi kita
Mari sembuhkan bersama
Ambil peran sesuai porsinya
Jangan kita menutup mata

Kurang-kurang nafsu ambisi
Tambah-tambah empati di hati

Perkara pandemik 
Semoga bumi acap membaik

-tertanda aku yang semangat dengan social distancing movement
Mari dirumah saja dan jaga kesehatan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

After the days full of storm

The storm has raged for many days, battering us with its relentless winds and waves. But now, let us pause—take a moment to rest and thank God for seeing us through. We’re still here, still standing strong, still holding on. The storm could not tear us apart, and for that, I am deeply grateful. I thank God for everything—for the chance to walk this ferocious road together, hand in hand. Our ship still sails, though battered, refusing to sink.     Compromise—this is what we’ve learned and continue to learn. It’s not easy, but we try, recognizing that we are only human, prone to mistakes and imperfections. We’ve seen each other’s flaws, yet we choose to stay, to keep learning and growing together.   It’s through compromise, honest communication, and keeping a cool head that we’ve found ways to rethink our own inclinations. We’ve carried scars, both old and new, but we’re committed to healing them. Healing is not a destination but a journey, and as we walk this path, we...

Supernova

  Million bulbs in the void, bursts into a piece as its light disperse, like a supernova, we dwell in the fading light, fight against gravity and grow red, restart, become blue with fury, sedated by dark, concourse into the blackhole, turning it into a singularity, succumbing to the demise, reconciled with eternity. We were once scintilation, before we collapse into one, so what are we now? -vic

Cerita tentang Merpati dan Mawar Putih

Suatu hari ada seekor merpati yang jatuh cinta kepada setangkai mawar putih. Setiap hari merpati berusaha untuk mengungkapkan perasaannya itu kepada mawar putih. Tapi mawar putih tidak pernah merespon merpati. Bahkan mawar merah pernah berkata kepada merpati : "Aku tidak akan pernah bisa mencintaimu Merpati ! Tidak Akan !" Kendati begitu, Merpati tidak mau menyerah, setiap hari dia datang kepada mawar putih untuk mengungkapkan perasaannya. Taletapi tak sama sekali membuka hati mawar putih. Mawar putih selalu menolak merpati. Sampai pada suatu hari, ketika merpati mendatangi mawar putih yang kesekian kalinya untuk menyatakan perasaannya, Mawar putih berkata pada merpati "Aku akan bisa mencintimu, tapi dengan satu syarat, kau harus mengubahku menjadi mawar merah !". Merpati pun menyanggupi persyaratan itu, walaupun ia tak yakin bahwa ia bisa untuk mengubah mawar putih menjadi mawar merah, tapi ia akan berusaha memikirkan seribu cara. Karena ia begitu mencintai mawar p...