Langsung ke konten utama

Memulai Dewasa

Kututup lembar terakhir usia belasan, yang menetap singkat dan mengabur cepat
Memulai dari jurang lagi pertarungan takdir antara tentram, derita atau mati
Ku amini tiap harap yang merekat di pundak, tanpa memberi tahu siapa-siapa, aku menanjak sambil tertatih menampung hujanan bara hidup

Asa gairah muda ku meredup
Dari jurang ini, aku biasa sarapan kecewa setiap pagi
Perih menjelma virus yang bernapas memakan perlahan nadi
"kamu bisa apa?" sebuah tanya mencekat kerongkongan mengalun setiap aku harus tergelicir ke bawah memberi jalan pada mereka yang mujur
Lalu aku terpaksa merayakan getir dalam hening

Kata mereka dewasa itu merdeka
Yang Kulihat adalah padang gladiator yang siap mencaci dan menguliti
Rombongan ketidakpastian yang menerpa harus kupeluk dengan lapang
Juga wajah-wajah palsu lalu lalang menertawaiku di belakang
Arwah penasaran yang menyisipi semangat-semangat palsu

Puncak itu bermil-mil jauhnya
Sedang aku di dalam jurang
Nasibku ditanganMu, aku pulang membawa tentram, derita atau mati
Aku telan sukarela

-vic

Komentar

Postingan populer dari blog ini

After the days full of storm

The storm has raged for many days, battering us with its relentless winds and waves. But now, let us pause—take a moment to rest and thank God for seeing us through. We’re still here, still standing strong, still holding on. The storm could not tear us apart, and for that, I am deeply grateful. I thank God for everything—for the chance to walk this ferocious road together, hand in hand. Our ship still sails, though battered, refusing to sink.     Compromise—this is what we’ve learned and continue to learn. It’s not easy, but we try, recognizing that we are only human, prone to mistakes and imperfections. We’ve seen each other’s flaws, yet we choose to stay, to keep learning and growing together.   It’s through compromise, honest communication, and keeping a cool head that we’ve found ways to rethink our own inclinations. We’ve carried scars, both old and new, but we’re committed to healing them. Healing is not a destination but a journey, and as we walk this path, we...

Rangkuman Isi Kepala 7 Hari: Menuju Hidup Sebaik-Baiknya

Hari ke-1 Malam ini aku benar-benar tidak tenang. Tubuhku lelah sekali, tapi kepalaku berisik. Untungnya kucingku juga berisik, jadi suara di kepalaku sedikitnya bisa teredam oleh suara si Butek. Jadi, setelah merayu Tuhanku sejak 3 pagi hingga dini hari, aku memutuskan untuk melihat langit. Melihat langit entah mengapa selalu menenangkan, membiarkan diriku melihat dunia dari perspektif kosmik, membuat isi kepalaku rasanya kecil sekali. Bulan ada di fase waning crescent 1% malam ini dan langit lagi cloudy. Tidak terlihat bulan atau bintang, bahkan si bintang fajar aka Venus tidak tampak. Tapi tidak apa, langit tak selalu biru atau berbintang kan? Sobat tengah malamku yang sempat menghilang seminggu ((alhamdulillah)) sudah balik. Seperti biasa, kita diskusi kehidupan yang selalu tidak adil, sampai kabar Haruki Murakami yang mau rilis buku November nanti. Bagaimanapun, itu ikut andil menghilangkan berisik di kepalaku.  Angin sama sekali tidak berhembus. Pagi yang datar. Kemudian aku ...

Supernova

  Million bulbs in the void, bursts into a piece as its light disperse, like a supernova, we dwell in the fading light, fight against gravity and grow red, restart, become blue with fury, sedated by dark, concourse into the blackhole, turning it into a singularity, succumbing to the demise, reconciled with eternity. We were once scintilation, before we collapse into one, so what are we now? -vic