Langsung ke konten utama

Tengah Malam

Aku adalah seorang Nyctophilia. Bagi kamu yang tidak tahu, Nyctophilia adalah kelainan  dimana seseorang menyukai kegelapan atau malam hari. Dalam gelap mereka menemukan kenyamanan jiwa. Mereka tidak suka siang, hingar bingar keramaian orang. Jika banyak orang yang takut gelap, justru seorang Nyctophilic (begitulah sebutan seorang Nyctophilia) cenderung merasa damai jika gelap atau malam hari.
Di bawah kuasa kegelapan khayalan dan imajinasiku bereaksi. Di bawah kuasa kegelapan aku bebas menjelma menjadi apa dan siapapun yang ku ingin. Di bawah kuasa pekat aku merasa perasaanku begitu peka. Seperti aku dapat terkoneksi dengan semesta saat gelap. Juga bersama gelap, bait-bait aksara dalam dadaku terlahir. Sebuah sensasi yang tak biasa yang aku pun tak bisa mendeskripsikannya secara eksplisit.
Lukaku yang lalu terasa nyata lalu pulih seketika karena gelap, walau kadang makin nyeri. Pikiranku jadi lebih jernih kala gelap jika dibanding kala hingar bercahaya. Aku memiliki keintiman dengan diriku sendiri dan sepi.
Dalam gelap, ku tuangkan semuanya. Amarah, kesedihan, kegembiraan, pokonya semua emosi ku tumpahkan di tubuh gelap. Aku bebas mau menangis atau tertawa atau bernyanyi. Meluapkan emosi tanpa ada yang tahu. Sisi diriku yang lain keluar dari tempat persembunyiannya. Sisi diri yang paling tersembunyi yang tak pernah ku pertontonkan pada orang lain.
Jika benderang disekitar. Di kamar, dengan lampu dimatikan adalah damai yang kucipta. Untuk lebih mengenal diriku, untuk lebih menyatu dengan semesta, untuk menjernihkan pikiran, untuk merangsang khayal bertumbuh, untuk lakukan dan menjadi apapun sebebasku.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

After the days full of storm

The storm has raged for many days, battering us with its relentless winds and waves. But now, let us pause—take a moment to rest and thank God for seeing us through. We’re still here, still standing strong, still holding on. The storm could not tear us apart, and for that, I am deeply grateful. I thank God for everything—for the chance to walk this ferocious road together, hand in hand. Our ship still sails, though battered, refusing to sink.     Compromise—this is what we’ve learned and continue to learn. It’s not easy, but we try, recognizing that we are only human, prone to mistakes and imperfections. We’ve seen each other’s flaws, yet we choose to stay, to keep learning and growing together.   It’s through compromise, honest communication, and keeping a cool head that we’ve found ways to rethink our own inclinations. We’ve carried scars, both old and new, but we’re committed to healing them. Healing is not a destination but a journey, and as we walk this path, we...

Rangkuman Isi Kepala 7 Hari: Menuju Hidup Sebaik-Baiknya

Hari ke-1 Malam ini aku benar-benar tidak tenang. Tubuhku lelah sekali, tapi kepalaku berisik. Untungnya kucingku juga berisik, jadi suara di kepalaku sedikitnya bisa teredam oleh suara si Butek. Jadi, setelah merayu Tuhanku sejak 3 pagi hingga dini hari, aku memutuskan untuk melihat langit. Melihat langit entah mengapa selalu menenangkan, membiarkan diriku melihat dunia dari perspektif kosmik, membuat isi kepalaku rasanya kecil sekali. Bulan ada di fase waning crescent 1% malam ini dan langit lagi cloudy. Tidak terlihat bulan atau bintang, bahkan si bintang fajar aka Venus tidak tampak. Tapi tidak apa, langit tak selalu biru atau berbintang kan? Sobat tengah malamku yang sempat menghilang seminggu ((alhamdulillah)) sudah balik. Seperti biasa, kita diskusi kehidupan yang selalu tidak adil, sampai kabar Haruki Murakami yang mau rilis buku November nanti. Bagaimanapun, itu ikut andil menghilangkan berisik di kepalaku.  Angin sama sekali tidak berhembus. Pagi yang datar. Kemudian aku ...

Supernova

  Million bulbs in the void, bursts into a piece as its light disperse, like a supernova, we dwell in the fading light, fight against gravity and grow red, restart, become blue with fury, sedated by dark, concourse into the blackhole, turning it into a singularity, succumbing to the demise, reconciled with eternity. We were once scintilation, before we collapse into one, so what are we now? -vic