Untuk menghalau semua kegilaan dan perasaan ingin menyakiti diri sendiri, maka dari itu aku menulis. Scribo Ergo Sum. Aku menulis, maka aku ada. (i) Pagi yang cukup tenang, namun rupanya di dalam sangat gempar. Segala terpaan sana-sini mendadak mengacau-balaukan kepingan kewarasan yang susah payah aku kumpulkan kemarin. Sumber gempa sangat dekat sekali. Aku ingin menghindar tapi berkali ditarik medan magnet luar biasa. Katanya hakikat manusia itu bebas. Dari sini, aku mencoba mendefinisikan ulang esensi kebebasan. Dengan tangan yang diborgol, kaki satu yang diikat, tak akan ku biarkan mereka membelenggu pikiranku. Ah, tapi demikian, secepat kilat ambisiku dicurinya. Sial. (ii) Aku lelah dengan tekanan terus menerus ke pusat jantung. Rasanya batinku sakit tak karuan. Mereka tidak bisa mengerti rasanya. Kemana lagi aku harus mengadu? Kemudian datang terang, lebih cepat dari woosh! Aku bergerak tak menentu. Sejak awal aku tak tahu ke mana langkah kakiku akan melaju. Semua dalam diriku ter...
Welcome! Now you can see what's inside my mind. Writing will always be my self-defense, my medium. When the tongue can't form words, I find solace and joy in putting thoughts into writing, crafting a sanctuary where emotions dance on the pages. I believe that words have the ability to connect, inspire, and heal. So, welcome to the gallery of my mind, where every word is a stroke of the brush in the masterpiece of life.