Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2024

Please, Please, Please

  Gusar sehabis gempa belum juga mereda, sudah tertimpa tangga lagi. Seluruhku sudah hampir habis digerogoti musim, tidak tahu akan beregenerasi cepat atau lambat. Hanya mampu berjalan terseok lemah pada bentangan rute yang sudah dituliskan, pelan dan tak pasti.  Aku sudah lama berkorban, tapi mungkin pengorbananku belum dianggap purna. Karena rupa keikhlasan sejati belum utuh kupahami. Nyatanya berat sekali membagi tanpa tapi, aku masih harus remedial lagi. Percaya pada sesuatu yang abstrak dan tanpa rupa itu sulit sekali. Aku harus menghapus mindset transaksional bagi-membagi. Memangkas semua ambisi dan egoisme diri. Meluaskan lagi definisi ‘cukup’ dan ‘berbesar hati’. Meski nyaris runtuh, tapi pundakku tak boleh menyentuh tanah; setidaknya itu yang harus ku perlihatkan pada mata-mata yang menaruh harap. Tapi sekali ini saja, izinkan aku meloloskan air mata yang tak terbendung sejadi-jadinya dalam hening tengah hari. Kiranya semesta memaklumi.  -vic

Old Well

The rain evokes a distant memory of the depth of an old well, where pitter-patter raindrops suggest secrets buried within. The image of the old well fades into a faint shadow that I try to tightly close, yet the gaping wound refuses to be silenced, leaving half of me feeling trapped and waiting to wither there. Like a lingering ghost haunting the corners of my consciousness. Half of my being feels tethered to that old well, waiting in anticipation for release while the other half struggles to move forward, weighed down by the burden of unresolved emotions. For now, I remain suspended in this liminal space, caught between the allure of nostalgia and the promise of a brighter future, unsure of which path to take. -vic

Si Renta

  Tiba-tiba saja pagi datang menjemput gelap yang memudar saru Waktu pesat melaju, selalu begitu sedari dulu Tak peduli tubuh sedang gontai, ditinggalnya saja berlalu Merayap pada harap di antah berantah Pergolakan batin pun merekah merah Perang yang tak kunjung purna Karam hati belum terbina Matahari makin tinggi menyibak nanar Takut makin deras merebak gusar Aku tak ingin dipecundangi takdir Ingin terbebas dari nadir Malang, renta masih berlama-lama betah Pasrah, sepanjang hari ku mengesah -Vic